Sabtu, 12 Januari 2013

Freemansonry di Indonesia

Keberadaan Freemasonry di Indonesia Freemasonry Yahudi dan penyebaran ideologinya yang ternyata keberadaannya adalah sudah sejak lama di Indonesia; sehingga dengan demikian kita bisa melindungi ‘aqiidah baik diri sendiri maupun anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa dan juga kaum Muslimin pada umumnya. Kita akan memulai kajian ini dengan suatu pertanyaan: “Benarkah Freemasonry Yahudi ada di Indonesia?” . Jawabannya haruslah jawaban dengan melampirkan fakta-fakta sejarah, sehingga tidak bisa dipungkiri lagi tentang keberadaan Freemasonry Yahudi tersebut. Literatur-literatur yang mengungkap tentang keberadaan Freemasonry Yahudi di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda tersebut, sampai sekarang masih tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Bahkan “Buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917” memuat secara lengkap operasional, para tokoh, dokumentasi foto, dan aktivitas loji-loji yang berada langsung di bawah pengawasan Freemason di Belanda. Buku setebal 700 halaman yang ditulis oleh Tim Komite Sejarah Freemason ini adalah bukti tak terbantahkan tentang keberadaan jaringan mereka di seluruh Nusantara. Theosofi adalah bagian dari jaringan Freemason yang bergerak dalam kebatinan. Aktivis Theosofi pada masa lalu, juga adalah aktivis Freemason. Cita-cita Theosofi sejalan dengan Freemason. Lalu apakah misi Freemasonry tersebut? Dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962”, karya Dr. Th. Steven dijelaskan misi organisasi yang memiliki simbol Bintang Daud ini yaitu : “Setiap insan Mason Bebas mengemban tugas, dimana pun dia berada dan bekerja, untuk memajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus pemisah antar manusia.” Jadi, misi Freemason adalah “menghapus pemisah antar manusia!”. Salah satu yang dianggap sebagai pemisah antar manusia adalah ‘agama’. Paham yang dikembangkan Freemason adalah humanisme sekular. Semboyannya: Liberty (kemerdekaan), Egality (hak asasi), Fraternity (persaudaraan). BANGUNAN dan PENINGGALAN FREEMASONRY DI INDONESIA Loji (Loge) adalah tempat ibadah para pengikut Freemasonry, dimana mereka berkumpul untuk melakukan pemujaan kepada “yang maha terang” (yakni: Lucifer / Setan), yang dalam ritualnya anggota Freemason tersebut akan melantunkan nyanyian kerohanian dan upacara pemanggilan arwah orang mati. Loji yang pertama kali dibangun adalah di ‎Batavia oleh (seorang Belanda) Albertus van der Parra (1761-1775). Loji itu diberi nama “La Choisie (Terpilih)” atas ‎prakarsa Joan Cornelis Radermacher. Sedangkan loji yang paling terkenal di Indonesia adalah Adhuc Stat alias Loji Bintang Timur di Menteng, Jakarta Pusat (sekarang adalah Gedung BAPPENAS). Dulu, gedung ini dikenal masyarakat luas sebagai “Gedung Setan”, karena sering dipakai sebagai tempat pemanggilan arwah orang mati oleh para anggota Mason. Jadi keberadaan Freemasonry Yahudi di Indonesia adalah sudah sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan logo VOC sendiri adalah berkaitan dengan simbol Hexagram Bintang Daud, yang merupakan simbol organisasi Yahudi Freemasonry tersebut. Berdasarkan literatur yang ada, hingga tahun 1926 M saja, sentra-entra Freemasonry tersebut berjumlah tidak kurang dari 22 loji yang bertebaran di berbagai tempat di Nusantara, antara lain yaitu: Loge La Choisie di Batavia (1764-1766)‎ Loge La Fidele Sincerite di Batavia (1767)‎ Loge La Virtuese (1769)‎ Loge La Constante et Fidele di Semarang (1801) Loge De Vriendschap di Surabaya (1809) Loge De Ster in Het Oosten (Loji Bintang Timur) di Batavia (1837)‎ Loge Matahari di Padang (1858)‎ Loge Princes Frederik der Nederlanden di Rembang (1871)‎ Loge L. Union Frederic Royal di Surakarta (1872)‎ Loge Prins Frederik di Kota Raja – Banda Aceh (1880)‎ Loge Veritas di Probolinggo‎ Loge Arbeid Adelt di Makassar (1888)‎ Loge Excelsior di Bogor (1891)‎ Loge Tidar di Magelang (1891)‎ Loge St. Jan di Bandung (1896)‎ Loge Fraternitas di Salatiga (1896)‎ Loge Humanitas di Tegal (1898)‎ Loge Malang (1901)‎ Loge Blitar (1906)‎ Loge Kediri (1918)‎ Loge Het Zuinderkruis (Rasi Pari) di Batavia (1918)‎ Loge De Broerderketen (Segitiga) di Jember (1926)‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar