Minggu, 21 April 2013

Pemanfaatan Cyber dalam dunia Komunikasi Visual - Yuli Purnamasari_1171503095_dkv-UBL

BAB I PEMBUKA 1.1 Pengertian Cyber Pengertian Cyber Communication adalah salah satu jalur pesan lewat media massa yang distribusinya melalui internet, dimana cara penyajiannya bersifat luas, update (terkini), internet dan two way communication (komunikasi dua arah). Cyber communication dapat di update kapan saja, berbeda dengan media massa cetak dan media massa siaran (elektronik), dimana lingkupnya lebih global dan universal dari media communication lainnya dan dapat menyalurkan arus informasi sesuai dengan cara kerja internet yang luas tanpa batas. Memanfaatkan komunikasi ini adalah cara yang paling baik dan digunakan sebaik-baiknya, pengguna harus aktif dalam hal ini juga mempublish info ke internet. Disini diterapkan komunikasi dua arah antara si komunikator dengan komunikan, comment box, wall, dll. Tiga kajian pokok komunikasi: a. Konsep Sub materi yang berisi sejarah, teori dan definisi-definisi yang harus dipahami dalam komunikasi cyber. Tujuannya, agar mata kuliah ini dpat menghasilkan publikasi cyber, tidak hanya memiliki nilai informatif, dan sesuai konsep komunikasi sebagai kajian utamanya, terutama dalam penulisan. b. Teknikal Sub materi yang berkaitan dengan hal-hal teknis, dalam usaha memahami dan menerapkan cyber communication sebagai wadah penyalur informasi, termasuk teknik membuat Publikasi Berbasis Digital Multi media ini telah menyatu didalam konteks cyber, yaitu mengenai HTML (web base format) UNK. C. Visual Sub materi yang berisikan orientasi visual yang harus dipelajari, karena cyber communication tidak hanya berisikan teks semata, tetapi juga gambar, foto dan media interaktif lainnya yang menjadi daya tarik tersendiri pada publikasi cyber. Seperti mempelajari format file atau grafis, seperti : gif, swif, pdf, png, dan lain-lain. 1.2 Perbedaan antara Media Tradisional dengan New Media Kehadiran media baru (new media) seperti internet,i-phone, i-pad, i-pod, radio satelit membuat perubahan media tradisional koran, majalah, tabloid, buku dan lain sebagainya. Dimana media tradisional adalah generasi paper, sementara new media generasi paperless (generasi multi media). BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Visual Komunikasi visual (komunikasi melalui penglihatan) adalah sebuah rangkaian proses penyampaian infromasi atau pesan kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual menkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya. Komunikasi visual di kelas menugaskan siswa siswa untuk melukiskan sebuah kalimat atau 2 buah potongan kalimat ke dalam sebuah kertas yang dibagi 4. Di dalam acara serial TV, Win, Lose, or Draw bintang tamu diajak beradu dengan peserta dengan panduan host untuk memecahkan kalimat ke dalam gambar. Bila gambar tadi bisa ditebak, maka semakin baiklah komunikasi visualnya. Rambu lalu lintas dan ikon ikon di dalam program komputer adalah bentuk komunikasi visual sederhana , seperti juga ikon di dalam keyboard portable sound. Di jalan pun seperti zebra cross dan ikon sepeda motor terjadi hubungan komunikasi secara visual seperti logo logo perusahaan dan tanda di kebun raya dan kebun binatang . Pada perayaan pernikahan raja dan pangeran Inggris, seperti juga pada seragam pasukan keraton, banyak elemen simbol yang bisa dianalisis dengan pengetahuan terlebih dahulu sebagai bentuk komunikasi visual: simbol parachute troopers di dada pangeran William, dan simbol mahkota ( crown ) di kereta kuda dan mobil yang mengantarkan . Ada simbol Ngayogyakarto Hadiningrat dan simbol Garuda sebagai kode komunikasi visual untuk level pemerintahan atau anggota keraton. Pada zaman modern kode dan simbol itu distilasi dengan berbagai gaya dan kemampuan masyarakat untuk membangun kebudayaan baru dan kultur yang canggih, sehingga muncul stiker untuk perumahan dan universitas, lencana sebuah sekolah musik, atau sekolah prajurit khusus remaja dan lencana untuk sebuah band dengan banyak fans. 2.2 Perkembangan Visual dalam Cyber Media dan Komunikasi visual adalah sebuah istilah luas untuk koleksi lagu karir yang menggabungkan citra dengan interaksi. Baik itu melalui media berteknologi tinggi, seperti high-definition atau Internet, atau melalui cara yang lebih tradisional seperti landasan pacu atau ruang jendela, PRofesional di bidang ini menggunakan kreativitas mereka untuk membangkitkan tanggapan. Setiap kemunculan suatu bentuk media baru, selalu di ikuti oleh perubahan cara orang berkomunikasi. Bahkan kemunculan media kerap kali dihubungkan dengan muncul budaya baru, yang secara langsung atau tidak langsung merupakan pengaruh dari media tersebut. Kemunculan media tulisan misalnya, dianggap memiliki andil besar dalam mengubah budaya masyarakat yang sebelumnya hidup dalam budaya komunal yang mengandalkan pesan-pesan lisan dan tatap muka, menjadi budaya baru yang lebih mengandalkan individual dan intelektual (Wahyutama, 2012). Hal ini karena kebiasaan membaca yang dibawa oleh media tulisan, membuat khalayak dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa harus bertatapan muka, dimana isi pesan yang disampaikan terutama mengandung muatan ide dan gagasan. Media elektronik, sebagaimana media-media lainnya juga diyakini telah membawa budaya baru bagi khalayak yang menggunakannya. Media televise misalnya, dianggap membawa budaya baru dimana khalayak banyak menghabiskan waktunya untuk menonton acara televisi yang kadang-kadang khalayak tidak sadar manfaat yang akan dia dapatkan dengan menonton acara tersebut. Tidak terkecuali dengan media baru seperti internet. Munculnya media baru dikatakan turut pula membawa budaya baru pada penggunanya, dan secara luas kepada masyarakat. Dengan konsep yang berbeda dengan media konvensional, media internet atau media online menghadirkan kebaruan dalam budaya menulis, bercerita maupun dalam budaya visual. Budaya Baca dan Budaya Visual pada Media Baru. Dalam salah satu buku yang berjudul Digital Storytelling, Mediatized Stories: Self-Representations in New Media, dikatakan bahwa era digital membawa perubahan budaya membaca, menulis, bercerita dan visual yang sangat significant khususnya di kalangan muda. Melalui internet mereka dapat menuangkan ekspresi dan kreativitas tanpa harus melalui prosedural yang ketat seperti pada media konvensional. Seseorang dapat memamerkan hasil fotografinya di dunia digital tanpa harus membayar. Dan hasil fotografinya pun dapat dinikmati oleh banyak orang, tak jarang mereka pun menjadi terkenal karena menggunakan media digital sebagai alat ekspresi seni. Berbeda dengan media konvensional, dengan media baru atau internet semua orang dapat dengan bebas mengupload hasil tulisan, gambar, foto tanpa harus melibatkan editor atau harus mengirimkan ke media konvensional. Jurnalisme online berkembang dengan cepat karena pengaruh ini. Konsep jurnalisme online ini oleh Deuze disebut sebagai new database,dimana semua sifat jurnalisme konvensional melebur menjadi satu. Menurut Deuze, sifat jurnalisme online ini merupakan hasil asosiasi dari media-media yang sebelumnya ada “all media with a web presence “( E&P Media Links, 2001). Berbeda dengan media konvensional, praktik penulisan dan story telling pada media digital mempunyai ciri khusus, menurut Mark Deuze ada tiga hal yang membedakan media digital dan media konvensional, yaitu Hypertextuality, Multimediality dan Interactivity. Hypertextuality memungkinkan adanya hyperlink dalam penulisan di digital. Dengan hyperlink ini masyarakat bisa menulis dalam sudut pandang yang beragam. Dalam jurnalisme online, karakter hypertextualitas ini menawarkan cukup banyak informasi daripada yang dibutuhkan oleh konsumen. Fenomena Hyperlink oleh Deuze disebut sebagai pergeseran dari watchdog ke guidedog. Peran jurnalis atau penulis mengalami perubahan menjadi lebih annotational atau orientaional. Multimediality memberikan nilai lebih pada media digital. Dalam hal ini, seorang penulis dapat memadukan teks, gambar, dan video dalam satu medium. Dengan menggunakan media digitalpun, seorang penulis tidak perlu khawatir dengan batas ukuran kolom. Interactivity merupakan konsep utama dalam memahami new media. Namun perlu dicatat bahwa interaktivitas yang terjadi dalam new media dipahami dalam dua aktivitas yaitu activitas protokoler dalam internet dan aktivitas interaktif yang berarti interaksi yang terjadi di internet. Praktik perbincangan atau story telling di Indonesia sendiri semakin marak di dunia digital. Selain melalui social media, perbincangan di digital banyak dilakukan di portal-portal internet. Yang menarik adalah pengakes portal dapat dengan leluasa memilih jenis portal yang sesuai dengan keinginan masing-masing. Selain mempengaruhi dalam budaya baca dan budaya story telling, internet juga membawa pengaruh yang besar dalam budaya visual. Menurut Van Dijk, diantara berbagai bentuk komunikasi lainnya, Internet terutama memperkuat budaya visual pada diri penggunanya. Hal indisebabkan oleh peran layar monitor yang begitu meresap dalam kebudayaan kita saat ini. Hampir semua interface kita dengan media komunikasi kini difasilitasi oleh monitor. Ketika menelpon, kita berhadapan dengan monitor handphone. Ketika bekerja kita berhadapan dengan monitor computer. Ketika mendengarkan musikpun, kita kadang menatap monitor. Internet juga dipresentasikan melalui monitor. Konsekuensinya, menurut Van Dijk penggunaan monitor yang sangat tinggi ini membuat kita terbiasa dengan presentasi visual. Hal ini pada gilirannya juga membuat aspek visual menjadi aspek yang sangat menonjol pada media seperti internet. Materi yang memiliki banyak daya tarik visual tinggi pada situs internet, akan lebih cenderung untuk dilihat. Ditengah kompetisi stimuli yang begitu tinggi dalam menarik perhatian user di internet, daya tarik visual menjadi kian menjadi penting peranannya. Popularitas sejumlah video di youtube dapat dijelaskan oleh hal ini. Selain tema yang unik dan menarik untuk dapat memikat user visual di internet harus memiliki visual yang menarik, misal saja dengan menggunakan wanita dengan paras cantik, gambar yang unik dan aneh, biasanya menjadi pilihan user. Bahkan, untuk mengundang user untuk masuk pada pilihan salah satu video, user harus memilihnya dari ikon yang ditampilkan. Sehingga impresi visual video yang ditampilkan pada ikon jelas sangat mempengaruhi keputusan user untuk memilih video tersebut. Contoh kasus dari fenomena visual video yang menarik dapat membuat seseorang menjadi terkenal adalah video Shinta Jojo dan Briptu Norman. Dari dua kasus ini, terlihat bagaimana sebuah tampilan visual mampu menarik user. Dalam video shinta jojo, sudah pasti bukan sekedar video menyanyi tetapi secara visual seorang shinta dan jojo adalah gadis muda berparas cantik. Tentu ini menjadi daya tarik bagi user. Begitu juga dengan Briptu Norman. Visual yang berbeda dengan Shinta Jojo, daya tarik visual dari video Briptu Norman adalah dari seragam polisinya. Dengan menampilkan image polisi yang berbeda dengan pada umumnya, video Briptu Norman menjadi menarik bagi user. BAB III PENUTUP Kesimpulan Media baru, tidak terelakkan membentuk budaya baru dalam masyarakat. Budaya baru yang dibentuk oleh media baru tersebut disebut dengan digital culture. Penyebutan digital culture sebagai budaya yang dibawa oleh media baru disebabkan perubahan mendasar yang dibawa oleh media baru terutama berfokus pada karakteristik digital yang dimilikinya. Digitalisasi adalah “ A marker of culture because it encompasses the artefacts and the system of signification and communication that most clearly demarcate our way of life from other” (Charlie Gere dalam Van Dijk, 2006:190). 3.3 Daftar Pustaka ambruknya-bisnis.com http://www.google.com http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_visual http://komunikasi.us